Riwayat Tentang Ulama Syafi'iyah
Riwayat Tentang Ulama Syafi'iyah -Para ulama’ yang bermazhab Syafi'i, mulai dari pengasasnya yaitu al-Imam al-Muhaddits al-Mujtahid Muhammad bin Idris asy-Syafi'i rahimahullah hingga para ulama' Syafi'i abad ini, supaya kita dapat mengenali para ulama' yang bermazhab Syafi'i dan jangan lagi ada orang memandang remeh dan rendah terhadap Mazhab Syafi'i.
KURUN KE-TIGA HIJRIYAH
- al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi'i (w. 204 H)
Nama
asli dari al-Imam Syafi’I adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin
Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin
al-Muththalib bin Abdi Manaf. Gelar beliau adalah Abu Abdillah.
Orang
arab biasanya jika menulis nama mendahulukan gelar daripada nama,
sehingga disebut Abu Abdillah Muhammad bin Idris. Belai lahir di Gaza,
bagian selatan Palestina, pada tahun 150 Hijiriyah, pertengahan abad
kedua hijriyah. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa beliau lahir di
Asqalan, tatapi kedua perkataan itu tidaklah berbeda karena Gaza
dahulunya adalah daerah Asqalan. Kampung halaman Imam Syafi’I bukan di
Gaza (Palestina) tapi di Mekkah (Hijaz). Kedua orang tua beliau datang
ke Gaza untuk sebuah keperluan dan tidak lama beliau lahir di situ.
Suatu
ketika ayah Imam Syafi’i wafat di Gaza dan beliau menjadi yatim,
diasuh oleh Ibunya. Sejarah telah mencatat ada 2 peristiwa penting
sekitar kelahiran Imam Syafi’I rahimahullah ;
1. Sewaktu
Imam Syafi’imasih dalam kandungan, ibunya bermimpi bahwa sebuah
bintang telah keluar dari perutnya dan terus naik membubung tinggi,
kemudian bintang itu berhamburan dan berserak menerangi daerah-daerah
disekelilingnya. Ahli mimpi memaknai mimpi itu bahwa ia akan
melahirkan seorang putra yang ilmunya meliputi seluruh jagat.
Sekarang
telah menjadi kenyataan bahwa ilmu Imam Syafi’i memang memenuhi
dunia, bukan saja di tanah Arab, timur tengah dan Afrikan, tetapi juga
sampai kearah timur jauh, ke Indonesia, Malaysia, Thailand, Piliphina
dan lainnya.
2. Sepanjang sejarah pada hari dimana Imam
Syafi’I dilahirkan, meninggal dua orang Ulama Besar, seorang di
Baghdad (Irak) yaitu al-Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (Pengasas
Madzhab Hanafi) dan seorang Ulama lagi di Mekkah yaitu al-Imam Ibnu
Jurej al-Makky, Mufti Hijaz disaat itu.
Seorang ahli
firasat berkata, ini merupakan pertanda bahwa anak yang lahir ini akan
menggantikan yang meninggal dalam “ilmu dan kecerdasan”nya. Memang
firasat ini akhirnya terbukti dalam kenyataan.
Nasab Imam
Syafi’I adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin
as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin
Abdi Manaf bin Qushay. Abdul Manaf bin Qusyai yang menjadi kakek ke-9
Imam Syafi’I adalah Abdul Manaf bin Qushai yang juga menjadi kakek
ke-4 Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana telah diketahui,
bahwa silsilah Nabi Muhammad adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Marah bin
Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nadhar bin Kinanah
bin Quzaiman bin Mudrikah bin Ilyas, bin Ma’ad bin Adnan sampai kepada
Nabi Ismail as dan Nabi Ibrahim as.
Maka jelaslah bahwa silsilah Imam Syafi’i bertemu dengan silsilah Nabi Muhammad SAW.
Adapun
dari pihak Ibu, Fatimah binti Abdmullah bin Hasan bin Husain bin Ali
bin Abi Thalib. Ibu Imam Syafi’i adalah cucu dari cucu Sayyidina Ali
bin Abi Thalib, menantu, sahabat Nabi dan Khalifah ke-4 yang terkenal.
Sepanjang sejarah telah ditemukan bahwa Said bin Abu Yazid, kakek
Imam Syafi’I ke-5 adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi baik dilihat
baik dari segi nasab maupun dari segi keturunan ilmu, maka Imam
Syafi’i Rahimahullah adalah kerabat Nabi Muhammad SAW.
Gelar
“asy-Syafi’i” dari Imam Syafi’i rahimahullah diambil dari kakek ke-4
beliau yaitu Syafi’ib in Saib. Selengkapnya silahkan [download disini].
-al-Imam al-Humaidi (w. 219 H)
Nama
lengkap beliau adalah ‘Abdullah bin Zuber bin ‘Isa, Abu Bakar
Al-Humaidi. Beliau adalah juga murid langsung dari Imam Syafi’i.
Beliaulah yang membawa dan mengembangkan Mazhab Syafi’I ketika di
Makkah, sehingga beliau diangkat menjadi Mufti Makkah.
Inilah
di antara 11 orang murid-murid langsung dari Imam Syafi’i yang
kemudian menjadi Ulama’ Besar dan tetap teguh memegang Mazhab Syafi’i.
Maka dengan perantaraan beliau-beliau inilah Mazhab Syafi’i tersiar
luas ke pelusuk-pelusuk dunia Islam terutama ke bahagian Timur dari
Hijaz, iaitu Iraq, ke Khurasan, ke Maawara An-Nahr, ke Azerbaiyan, ke
Tabristan, juga ke Sind, ke Afghanistan, ke India, ke Yaman dan terus
ke Hadhramaut, ke Pakistan, India dan Indonesia.
Beliau-beliau
ini menyiarkan Mazhab Syafi’i dengan lisan dan tulisan. Selain dari
itu ada dua orang murid Imam Syafi’i yaitu Imam Ahmad bin Hanbal
(wafat 241H) yang kemudian ternyata membentuk satu aliran dalam fiqih
yang bernama Mazhab Hanbali. Yang kedua Syeikh Muhammad bin ‘Abdul
Hakam , seorang Ulama’ murid langsung dari Imam Syafi’i yang ilmunya
tidak kalah dari Al-Buwaiti. Beliau ini pada akhir umurnya berpindah
ke Mazhab Maliki dan wafat dalam tahun 268H. di Mesir.
Ulama’-ulama’,
murid yang langsung dari Imam Syafi’i ini boleh dinamakan
Ulama’-ulama’ Syafi’iyah, iaitu Ulama’-ulama’ Syafi’iyah tingkatan
pertama. Ada tingkatan kedua, iaitu Ulama’- ulama’ Syafi’iyah yang
wafat dalam abad ketiga juga, tetapi tidak belajar kepada Imam Syafi’i
sendiri, melainkan kepada murid-murid Imam Syafi’i . Ulama’-ulama’
itu adalah : Ahmad bin Syayyar Al-Marwazi, Imam Abu Ja’far At-Tirmizi,
Abu Hatim Ar-Razi, Imam Bukhari, Al-Junaid Baghdad, Ad-Darimi, Imam
Abu Daud dan lain-lain.
Sebelas murid-murid langsung dari
Imam Syafi'i adalah Imam Ar-Rabi’ bin Sulaiman Al-Muradi, Al-Buwaiti,
Al-Muzani, Harmalah At-Tujibi, Az-Za’farani, Al-Karabisi, At-Tujibi,
Muhammad bin Syafi’i, Ishaq bin Rahuyah dan Al-Humaidi Wafat di Makkah
pada tahun 219H
- al-Imam al-Buwaiti (w. 231 H)
Nama
Lengkap beliau adalah Abu Ya’kub bin Yusuf bin Yahya al-Buwaiti,
lahir di desa Buwaiti (Mesir) wafat 231 Hijriyah. Beliau adalah murid
langsung dari Imam Syafi’I rahimahullah, sederat dengan ar-Rabi’i bin
Sulaiman al-Muradi.
Imam Syafi’I berkata ; “Tidak
seorangpun yang lebih berhak ata kedudukanku melebihi dari Yusuf bin
Yahya al-Buwaiti “ dan Imam Syafi’I berwasiat jika beliau wafat maka
yang akan menggantikan kedudukan beliau mengajar adalah al-Imam
Buwaiti ini.
Beliau menggantikan Imam Syafi’I berpuluhan
tahun dan pada akhir umur hidup beliau ditangkap kerena persoalan
“fitnah Qur’an” yaitu tentang apakah al-Qur’an itu makhluk atau tidak,
yang digerakkan oleh kaum Muktazilah. Akhirnya al-Imam Buwaiti
ditangkap oleh Khalifah yang pro terhadap paham Muktazilah, lalu
dibawa dengan ikatan rantai ditubuhnya ke Baghdad. Beliau wafat
dipenjara pada tahun 231 Hijriyah. Beliau syahid karena mempertahankan
kepercayaan dan i’tiqad beliau yaitu I’tiqad kaum Ahlus Sunnah wal
Jamaah yang mempercayai bahwa al-Qur’an itu adalah kalamullah yang
Qadim, bukan “ciptaan Allah” (Makhluk).
- al-Imam Ishaq bin Rahuyah (w. 238 H)
Nama
lengkap beliau adalah Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Ibrahim yang
terkenal dengan nama Ibnu Rahuyah. Lahir tahun 166 H. wafat tahun
238H. Beliau belajar fiqih kepada Imam Syafi’i yang terkenal. Bukan
saja dalam ilmu fiqih tetapi juga dalam ilmu Hadits. Imam bBukhari,
Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Ahmad bin Hanbal, banyak mengambil hadits
kepada Ishaq bin Rahuyah ini. Imam Nasa’i mengatakan bahawa Ibnu
Rahuyah adalah “Tsiqqah”, yaitu “dipercayai”.
- al-Imam Muhammad bin Syafi'i (w. 240 H)
Muhammad
bin Syafi’i, gelar Abu Utsman Al-Qadi. Beliau adalah anak yang tertua
dari Imam Syafi’i. Pada akhir usia beliau, menjabat kedudukan Qadi di
Jazirah dan wafat di situ tahun 240H.
- al-Imam al-Karabisi (w. 245 H)
Nama
lengkap beliau adalah Imam Abu ‘Ali, Husein bin ‘Ali Al-Karabisi.
Beliau juga seorang murid langsung dari Imam Syafi’i sesudah terlebih
dahulu menganut ajaran Imam Abu Hanifah (Hanafi) dan kemudian masuk
dalam Mazhab Syafi’i, beliau adalah menjadi tiang tengah dalam
menegakkan fatwa dan aliran-aliran Imam Syafi’i.
- al-Imam at-Tujibi (w. 250H)
Ahmad
bin Yahya bin Wazir bin Sulaiman At-Tujibi. Beliau adalah seorang
Ulama’ yang belajar langsung dalam ilmu bfiqih kepada Imam Syafi’i.
Meninggal dan bermaqam di Mesir.
- al-Imam al-Muzani (w. 264 H)
Pengarang kitab Mukhtashar Muzanni ini, bisa di [baca selengkapnya disini].
- al-Imam Harmalah at-Tujibi (w. 243 H)
Nama
lengkapnya Harmalah bin Yahya Abdullah At-Tujibi, murid Imam Syafi’I
Rahimahullah. Beliau adalah ulama besar penegak madzhab Syafi’i yang
menyusun kitab-kitab Imam Syafi’i. Didalam madzhab Syafi’I terkenal
kitab Harmalah yaitu kitab karangan Imam Syafi’I rahimahullah yang
disusun oleh murid beliau yaitu Harmalah bin Yahya.
Selain
ahli Fiqh Syafiyyah yang terkenal, beliau juga juga ahli Hadits yang
menghafal hadits-hadits Nabi. Khabarnya beliau telah menghafal 10.000
hadits Nabi. Diantara ahli hadits yang menjadi murid dari Harmalah,
diantaranya adalah Imam Muslim, Imam Ibnu Qutaibah, Imam Hasan bin
Sofyan dan lain-lain.
- al-Imam Bukhari (w. 256 H)
Nama
lengkap beliau Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughitah bin
Bardizbah Al-Jufri Al-Bukhari. Lahir tahun 194 H. di Bukhara Asia
Tengah. Sejak kecil beliau sudah menghafal Al-Qur’an di luar kepala dan
sangat menyukai mencari dan mendengar Hadits-hadits Nabi. Kemudian
selama 16 tahun beliau menyusun dan mengarang kitab sohihnya yang
berjudul kitab “Sohih Al-Bukhari”.
Beliau selalu mengedar
ke daerah-daerah dan kota-kota negeri Islam ketika itu. Beliau
belajar Hadits di negerinya dan kemudian pergi ke Balkha, ke Marwa, ke
Nisabur, ke Rai, ke Basrah, ke Kufah, ke Makkah, ke Madinah, ke Mesir,
ke Damaskus, ke Asqalan dan lain-lain.
Perjalanan
beliau ini adalah dalam rangka mencari ulama’-ulama’ yang menyimpan
hadits dalam dadanya untuk dituliskannya di dalam kitab yang ketika itu
sangat kurang sekali. Kitab Sohih Bukhari itu adalah kitab agama
Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Hadits-hadits di dalamnya menjadi
sumber hukum yang kuat dalam fiqih (hukum) Islam. Pada mulanya beliau
sampai menghafal hadits sebanyak 600,000 hadits yang diambilnya dari
1,080 orang guru, tetapi kemudian setelah disaring dan disaringnya
lagi, maka yang dituliskannya dalam kitab Sohih Bukhari hanya 7,275
hadits. Kalau disatukan hadits yang berulang-ulang disebutnya dalam
kitab itu, jadinya berjumlah 4,000 hadits yang kesemuanya hadits sohih
dan diterima oleh seluruh dunia Islam, terkecuali oleh orang yang buta
mata hatinya.
Di antara guru beliau dalam fiqih Syafi’i
adalah Imam Al-Humaidi, sahabat Imam Syafi’i yang belajar fiqih
daripada Imam Syafi’i ketika berada di Makkah Mukarramah.
Juga
beliau belajar fiqih dan Hadits daripada Za’farani, Abu Thur dan
Al-Karabisi, ketiganya adalah murid Imam Syafi’i. Demikianlah
diterangkan oleh Imam Abu ‘Asim Al-Abbadi dalamkitab “Tobaqat”nya.
Beliau tidak banyak membicarakan soal fiqih, tetapi hampir semua
pekerjaan beliau berkisar kepada hadits-hadits saja yang tidak
mengambil hukum dari hadits-hadits itu. Ini suatu bukti bahawa beliau
bukan Imam Mujtahid, tetapi ahli hadits yang di dalam furu’ Syari’at
beliau menganut Mazhab Syafi’i.
Di dalam kitab "Faidhu
Qadir" syarah Jamius Saghir pada juzu’ I halaman 24 diterangkan bahawa
Imam Bukhari mengambil fiqih daripada Al-Humaidi dan sahabat Imam
Syafi’i yang lain. Imam Bukhari tidak mengambil hadits daripada Imam
Syafi’i kerana beliau meninggal dalam usia muda, tetapi Imam Bukhari
belajar dan mengambil hadits daripada murid-murid Imam Syafi’i.
Tetapi
sesungguhnya begitu, di dalam kitab Sohih Bukhari ada dua kali Imam
Syafi’i disebut, iaitu pada bab Rikaz yang lima dalam kitab Zakat dan
pada bab Tafsir ‘Araya dalam kitab Buyu’. (Lihat Fathul Bari juzu’ IV,
halaman 106 dan pada juzu’ V halaman 295)
- al-Imam az-Za'farani (w. 260 H)
Nama
lengkap beliau adalah al-Imam Hasan bin Muhammad as-Sabah
az-Za’farani. Lahir didusun az-Za’farani dan pindah ke kota Baghdad,
disana beliau belajar kepada al-Imam Syafi’I Rahimahullah. Al-Imam
az-Za’farani adalah murid langsung dari Imam Syafi’i.
Imam
Bukhari, seorang ahli hadits yang terkenal banyak mengambil hadits
dari al-Imam Za’farani namun beliau tidak menjadi mujtahid Fiqh.
Beliau tetap memegang madzhab Imam Syafi’i. Dari beliau ini mengalir
madzhab Imam Syafi’I kepada Imam Bukhari sehingga beliau menganut
madzhab imam Syafi’I dalam syariat dan Ibadah.
- al-Imam Muslim (w. 261 H)
Beliau
adalah Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi
an-Naisaburi, yang lebih dikenal dengan Imam Muslim. Dilahirkan pada
tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab
tahun 261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.
Beliau
juga sudah belajar hadits sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah
mendengar dari guru-guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang
yang menerima Hadits dari beliau ini, termasuk tokoh-tokoh ulama pada
masanya. Ia juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan
bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal
dengan Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih
Bukhari. Kedua kitab hadits shahih ini; Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua tokoh hadits ini
biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua
orang tua yang maksudnya dua tokoh ulama ahli Hadits. Imam Al-Ghazali
dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti
mereka berdua meriwayatkannya.
Riwayat Tentang Ulama Syafi'iyah
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya
- Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Musli
- Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits)
- Kitab al-Asma wal-Kuna
- Kitab al-Ilal
- Kitab al-Aqran
- Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal
- Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`
- Kitab al-Muhadramin
- Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
- Kitab Auladish-Shahabah
- Kitab Auhamil-Muhadditsin
- al-Imam Ahmad bin Syayyar al-Marwazi (w. 268 H)
Nama
lengkap beliau adalah Ahmad bin Syayyar bin Ayub Abu Hasan
Al-Marwazi. Beliau adalah murid dari Ishaq bin Rahuyah dan Ulama’-
ulama’ Syafi’i yang lain, ulama’-ulama’ seperti Nasa’i, Ibnu
Khuzaimah, Imam Bukhari dan lain-lain, mengambil ilmu kepada beliau.
Syeikh Ahmad bin Syayyar yang membawa dan memajukan Mazhab Syafi’i ke
Marwin, ke Ghazanah di India, ke Afghanistan dan lain-lain. Beliau
adalah pengarang kitab “Tarikh Marwin”.
- al-Imam ar-Rabi' ibn Sulaimanal-Muradi (w. 270 H)
Beliau
adalah murid langsung dari Imam Syafi’i Rahimahullah, dibawa dari
Baghdad sampai ke Mesir. Lahir tahun 174 Hijriyah dan wafat pada tahun
270 Hijriyah. Beliau inilah yang membantu Imam Syafi’I menulis kitabnya
al-Umm dan kitab ushul Fiqh pertama didunia yaitu kitab ar-Risalah
al-Jadidah.
Berkata Muhammad bin Hamdan, “saya datang ke
kediaman Rabi’I pada suatu hari, dimana didapati didepan rumahnya 700
kendaraan membawa orang yang datang mempelajari kitab Syafi’i dari
beliau”.
Ini merupakan bukti bahwa al-Imam ar-Rabi’I ibnu
Sulaiman al-Muradi adalah seorang yang utama, penyiar dan penyebar
madzhab Syafi’i dalam abad-abad yang pertama. Disebutkan dalam kitab
al-Majmu’ halaman 70, kalau ada perkataan “sahabat kitab ar-Rabi’i"
maka maksudnya ar-Rabi’i Sulaiman al-Muradi. Didalam kitab al-Muhzab,
tidak ada ar-Rabi’I selain ar-Rabi’I ini, kecuali ar-Rabi’I dalam
masalah menyamak kulit yang bukan ar-Rabi’I ini melainkan ar-Rabi’I
bin Sulaiman al-Jizi. (Beliau juga adalah sahabat Imam Syafi’i).
- al-Imam Ibnu Majah (w. 275 H)
Nama
beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah
Al Quzwaini . Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada
hari selasa, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Ramadhan tahun
275. Ia menuntut ilmu hadits dari berbagai negara hingga beliau
mendengar hadits dari madzhab Maliki dan Al Laits. Sebaliknya banyak
ulama yang menerima hadits dari beliau. Ibnu Majah menyusun kitab
Sunan Ibnu Majah dan kitab ini sebelumnya tidak mempunyai tingkatan
atau tidak termasuk dalam kelompok kutubus sittah (lihat di bagian
hadits) karena dalam kitabnya ini terdapat hadits yang dlaif bahkan
hadits munkar. Oleh karena itu para ulama memasukkan kitab Al
Muwaththa karya Imam Malik dalam kelompok perawi yang lima (Al
Khamsah). Menurut penyusun (Ibnu Hajar) ulama yang pertama kali
mengelompokkan atau memasukkan Ibnu Majah kedalam kelompok Al Khamsah
itu adalah Abul Fadl bin Thahir dalam kitabnya Al Athraf, kemudian
Abdul Ghani dal kitabnya Asmaur Rijal
- al-Imam Abu Daud (w. 276 H)
Nama
lengkap beliau adalah Sulaimam bin Asy’ats bin Ishak As-Sijistani ,
yang kemudian terkenal dengan Imam Abu Daud saja. Beliau berasal dari
Sijistan sebuah desa di India, lahir pada tahun 202H. Seorang ulama’
ilmu hadits yang terkenal, yang kitabnya “Sunan Abu Daud” termasuk kitab
hadits yang enam, iaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah
dan Tirmizi. Selain dari itu beliau adalah ahli fiqih Syafi’i, yang
dipelajarinya dari Ishaq Ibnu Rahuyah dan lain-lain ulama’ Syafi’iyah.
- al-Imam Abu Hatim ar-Razi (w. 277 H)
Nama
lengkap beliau adalah Muhammad bin Idris bin Munzir bin Daud bin
Mihran. Abu Hatim Ar-Razi , lahir tahun 195H. beliau adalah seorang
Ulama’ Syafi’iyah yang besar, yang mengatakan bahawa beliau telah
berjalan kaki mencari hadits pada tingkat pertama sepanjang 1,000
farsakh. Beliau berjalan kaki dari Bahrin ke Mesir, ke Ramlah di
Palestina, ke Damaskus, ke Intakiah, ke Tarsus, kemudian kembali ke Iraq
dalam usia 20 tahun. Di antara guru beliau dalam fiqih ialah Yunus
bin ‘Abdul A’ala , iaitu sahabat-sahabat Imam Syafi’iyah
- al-Imam ad-Darimi (w. 280 H)
Nama
lengkap beliau adalah ‘Utsman bin Sa’id bin Khalid bin Sa’id
As-Sijistani Al-Hafiz Abu Sa’ad Ad-Darimi. Beliau seorang ahli hadits
yang terkenal dan juga ahli fiqih Syafi’i. Beliau belajar fiqih daripada
sahabat-sahabat Imam Syafi’i yaitu Al-Buwaiti dan juga daripada Ishak
bin Rahuyah. Beliau mengarang kitab hadits besar bernama “Musnad
Darimi” dan juga mengarang kitab untuk menolak Bisyir Al-Marisi, Imam
Mu’tazilah.
- Imam Abu Ja'far at-Tirmidzi (w. 295 H)
Nama
lengkap beliau ini adalah Muhammad bin Ahmad bin Nasar, Abu Ja’far
At-Tirmizi . Beliau adalah seorang Ulama’ Besar Syafi’iyah di Iraq
sebelum masanya Ibnu Surej. Beliau mengarang sebuah kitab dengan judul
“Kitab Ikhtilaf Ahlis Salat” dalam usuluddin.
- al-Imam Junaid al-Baghdadi (w. 298 H)
Nama
lengkap beliau, ‘Abdul Qasim Junaid bin Muhammad bin Junaid
Al-Baghdadi. Beliau adalah seorang ahli tasawuf besar yang sampai
sekarang masyhur namanya dalam dunia Islam. Beliau belajar ilmu fiqih
daripada Abu Thur Al-Kalibi (murid Imam Syafi’i ) dan dalam usia 20
tahun sudah berfatwa.
KURUN KE-EMPAT HIJRIYAH
- al-Imam an-Nasa'i (w. 303 H)
- al-Imam at-Thabari (w. 305 H)
- al-Imam Ibnu Surej (w. 306 H)
- al-Imam 'Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Nisaburi (w. 324 H)
- al-Imam Ibnu Qasi (w. 335 H)
- al-Imam as-Su'luki (w. 337 H)
- al-Imam al-Asy'ari (w. 324 H)
- al-Imam Abu Ishaq al-Marwazi (w.340 H)
- al-Imam Ibnu Abi Hurairah (w. 345 H)
- al-Imam al-Mus'udi (w. 346 H)
- al-Imam Abu Saib al-Marwazi (w. 362 H)
- al-Imam Abu Hamid sl-Marwazi (w. 362 H)
- al-Imam as-Sijistani (w. 363 H)
- al-Imam al-Qaffal al-Kabiir (w. 365 H)
- al-Imam ad-Dariki (w. 375 H)
- al-Imam Ibnu Abi Hatim (w. 381 H)
- al-Imam al-Daruquthni (w. 385 H)
- al-Imam al-Jurjani (w. 393 H)
KURUN KE-LIMA HIJRIYAH
- al-Imam al-Baqilani (w. 403 H)
- al-Imam Hakim [Hakim al-Naisaburi] (w. 405 H)
- al-Imam al-Asfaraini (w. 406 H)
- al-Imam as-Sinji (w. 406 H)
- al-Imam Ibnu Mahamili (w. 415 H)
- al-Imam ats-Tsa'labi (w. 427 H)
- al-Imam al-Mawardi (w. 450 H)
- al-Imam al-Baihaqi (w. 458H)
- al-Imam al-Haramain (w. 460H)
- al-Imam al-Qusyairi (w. 465H)
- al-Imam asy-Syirazi (w. 476 H)
- al-Imam al-'Aziz (w. 494 H)
- al-Imam at-Thabari (w. 495 H)
KURUN KE-ENAM HIJRIYAH
- al-Imam al-Kayahirasi (w. 504 H)
- al-Imam al-Ghazali (w. 505 H)
- al-Imam Abu Bakar asy-Syasyi al-Qaffal (w. 507 H)
- al-Imam al-Baghawi (w. 510 H)
- al-Imam Syahrastani (w. 548 H)
- al-Imam Abul Husain Yahya al-Amrani al-Yamani (w. 558 H)
- al-Imam Syihabuddin Abu Syuja' (w. 593 H)
KURUN KE-TUJUH HIJRIYAH
- al-Imam 'Izzuddin bin 'Abdissalam (w. 606 H)
- al-Imam ar-Razi (wafat 606 H)
- al-Imam Ibnu Atsir (w. 606 H)
- al-Imam Ibnu Shalah (w. 643 H)
- al-Imam ar-Rafi'i (w. 623 H)
- al-Imam an-Nawawi (w. 676 H)
KURUN KE-DELAPAN HIJRIYAH
- al-Imam Taqiyuddin Ibnu Daqiqil 'Id (w. 702 H)
- al-Imam Zamlukani (w. 727 H)
- al-Imam Taqiyuddin as-Subki (w. 756 H)
- al-Imam Tajuddin Subki (w. 771 H)
- al-Imam Ibnu Katsir (w. 774 H)
- al-Imam Zarkasyi (w. 794 H)
KURUN KE-SEMBILAN HIJRIYAH
- al-Imam al-Mahalli (w. 835 H)
- al-Imam Ibnu Mulaqin (w. 804 H)
- al-Imam Ibnu Ruslan (w. 844 H)
- al-Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani (w. 852 H)
- al-Imam al-Husaini al-Hishni (w. 829 H)
- al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Manhaji al-Qahari (w. 880 H)
KURUN KE-SEPULUH HIJRIYAH
- al-Imam as-Suyuthi (w. 911 H)
- al-Imam Abdullah bin Abdurramah Bafadlal al-Hadlrami (w. 918 H)
- al-Imam Qasthalani (w. 923 H)
- al-Imam Zakaria al-Anshari (w. 926 H)
- al-Imam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H)
- al-Imam Khatib Syarbaini (w. 977 H)
- al-'Allamah Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari (w. 987 H)
- al-Imam Ahmad 'Umairah (w. 957 H)
KURUN KE-SEBELAS HIJRIYAH
- al-Imam ar-Ramli (w. 1004 H)
- al-Imam ar-Raniri (w. 1068 H)
- al-Imam Ahmad Salamah al-Qalyubi (w. 1069 H)
- Imam-Imam lainnya pada abad ini sebenarnya banyak.
KURUN KE-DUA BELAS HIJRIYAH
- al-Habib 'Abdullah ibn 'Alwi al-Haddad (w. 1132 H)
- Syaikh Sayyid Ja'far al-Barzanji (W. 1184 H)
KURUN KE-TIGA BELAS HIJRIYAH
- al-Imam asy-Syarqawi (w. 1227 H)
- al-Imam al-'Allamah Syaikh Sulaiman al-Jumal (w. 1204 H)
- al-Imam al-Bujairami al-Mishri (w. 1221 H)
- Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (w. 1227 H)
- Syaikh asy-Syanwani (w. 1233H)
- Syaikh Abdus Samad al-Falembani/Palembang
- Syaikh Daud 'Abdullah al-Fathani (w. 1265 H)
- al-Imam Al-Bajuri (w. 1276 H)
KURUN KE-EMPAT BELAS HIJRIYAH
- Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Makkah (w. 1304 H)
- Syaikh al-Bakri Syatha ad-Dimyathi (w. 1302 H)
- Syaikh an-Nawawi al-Bantani al-Jawi (W. 1316 H)
- Syaikh Muhammad Khalil al-Maduri [Bangkalan]
- Syaikh Wan Ali Kutan (w. 1331 H)
- Syaikh Utsman Betawi (w. 1333 H)
- Syaikh Ahmad Khatib (w. 1334 H)
- Syaikh Utsman Senik (w. 1336 H)
- al-'Allamah az-Zuhri al-Ghamrawi (w. 1337 H)
- Syaikh Utsman as-Saraqawi (w. 1339 H)
- Syaikh Muhammad Sa'ad (w. 1339 H)
- Syaikh Muhammad Sa'id al-Linggi (w. 1345 H)
- Syaikh Yusuf Bin Isma'il al-Nabhani (w. 1350 H)
- Syaikh Muhammad Shaleh al-Minankabawi (w.1351 H)
- Syaikh Wan Sulaiman (w. 1354 H)
- Syaikh Hasan Ma'sum (w. 1355 H)
- Syaikh Abu Bakar Muar (w. 1357 H)
- Syaikh Abdul Latif at-Tanbi (w. 1358 H)
- Imam Ya'qub al-Kalantani (w. 1360 H)
- Syaikh Muhammad Jamil Jaho (w. 1360 H)
- Syaikh Muhammad Shaleh Kedah
- Syaikh Hasyim Asy'ari (w. 1367 H)
- Syaikh Abdul Mubin al-Jarimi al-Fathani (w. 1367 H)
- Syaikh Abdul Wahid (w. 1369 H)
- Syaikh Muhammad Fadlil Banten (w. ? H)
- Syaikh Mustafa Husein (w. 1370 H)
- Syaikh Abbas Qadi (w. 1370 H)
- Syaikh Tahir Jalaluddin al-Azhari (w. 1376 H)
- Syaikh Tengku Mahmud az-Zuhdi (w. 1376 H)
- Syaikh Abdullah Fahim (w. ? H)
- Syaikh Muda Wali (w. 1380 H)
- Syaikh Abdurrahman al-Kalantani (w. 1391 H)
- Syaikh Ismail al-Asyi (w. ? H)
- Syaikh Ihsan Dahlan al-Jampesi'
- Syaikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fathani (w. ? H)
KURUN KE-LIMA BElAS HIJRIYAH
- Syaikh [KH.] Sirajuddin 'Abbas (w. 1400 H)
- Syaikh Muhammad Idris al-Marbawi (W. 1409 H)
- Mufti Haji Ismail Omar (w. 1413 H)
- Syaikh' [Kiyai] Shamsuddin (w. 1418 H)
- K.H.M. Syafi'i Hadzami (w. 1427 H)
- Syaikh Muhammad Fuad al-Maliki
- Syaikh Nuh 'Ali Salman al-Qudah (w. 1432 H)
- Syaikh Ahmad Sahl al-Hajini
- Syaikh Mushthafa al-Khin
- Syaikh Mushthafa al-Bugha
Dan
masih banyak lagi yang mungkin terlewatkan untuk kami sebutkan, pada
kurun-kurun terakhir kebanyakan hanya disebutkan ulama besar yang
berasal dari Nusantara, belum lagi di wilayah lainnya.
Disarikan dari buku "SEJARAH DAN KEAGUNGAN MADZHAB SYAFI'I (Oleh KH. Sirajuddin Abbas)" dan dari berbagai sumber. Masih banyak ulama-ulama bermadzhab Syafi'iyyah yang tidak mungkin bisa kami sebutkan disini. Jika banyak berinteraksi kitab-kitab Ulama niscaya akan menjumpai ribuan ulama lainnya.
- Ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i (‘Ulama Syafi’iyyah Damaskus).
- al-Imam al-Muhaddits al-Bukhariy Bermadzhab Syafi'iyyah
Informasi
lain tentang ulama-ulama Syafi'iyah bisa dibaca dalam kitab-kitab
seperti Thabaqat al-Fuqahaa' asy-Syafi'iyah karya al-Imam al-Hafidz Ibnu
Katsir asy-Syafi'i, Thabaqat al-Syafi'iyah al-Kubraa karya al-Imam
Tajuddin as-Subki, Thabaqat al-Syafi'iyah karya Ibnu Qadli Syuhbah,
Thabaqat al-Syafi'iyah karya Jamaluddin Abdur Rahim bin al-Hasan
al-Asnawi dan lain sebagainya.
0 Response to "Riwayat Tentang Ulama Syafi'iyah"
Post a Comment